Sumber: Situs resmi PSSI
SABANEWSINDO.com – Dua kemenangan beruntun bukan satu-satunya catatan positif yang didapatkan Timnas Indonesia kala menghadapi Vietnam di babak kualifikasi Piala Dunia 2026 kemarin. Mereka juga mampu membukukan clean sheet di dua laga tesebut.
Timnas Indonesia bertemu Vietnam pada tanggal 21 dan 26 Maret 2024 kemarin. Pertandingan pertama digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, dan berhasil dimenangkan dengan skor tipis 1-0.
Pada pertemuan kedua, pasukan Shin Tae-yong mendapatkan tambahan tenaga dalam dua pemain naturalisasi baru, Ragnar Oratmangoen dan Thom Haye. Keduanya menyumbangkan kontribusi sehingga Skuat Garuda menang 3-0.
Tambahan enam poin dari dua kemenangan tersebut berhasil memperbaiki posisi Timnas Indonesia di klasemen grup. Mereka melompat dari dasar klasemen ke peringkat kedua dengan perolehan tujuh poin.
Dua kemenangan itu diraih dengan catatan clean sheet. Padahal, Timnas Indonesia tidak diperkuat oleh dua bek andalannya, Jordi Amat dan Elkan Baggott. Keduanya tidak diikutkan lantaran mengalami cedera.
Baca juga: Naik Terus! Timnas Indonesia Naik Ke Peringkat Ke-135 dalam Ranking FIFA
Kehadiran Jay Idzes, yang juga merupakan pemain naturalisasi baru, semakin memperkokoh lini pertahanan Timnas Indonesia. Sampai-sampai Skuat Garuda menerima pujian dari pengamat sepak bola nasional, Aris Budi Sulistyo.
“Kenapa Vietnam mati kutu ya karena saking disiplinnya pemain belakang yang dikoordinir Jay Idzes dengan Rizky Ridho. Jay dan Ridho mengawal lini tengah Timnas Indonesia, membuat Vietnam seperti kesusah menembus pertahanan Garuda,” ujarnya kepada Bola.com.
Bukan berarti Timnas Indonesia sudah sempurna. Aris Budi juga melihat adanya kelemahan, khususnya lini tengah. Pada babak kedua di markas Vietnam, ia melihat adanya kekurangan sosok berpengalaman yang bisa menyambung serangan.
“Mereka sama sekali tidak menyerang karena terputus di tiga perempat permainan pada pertahanan Vietnam, makanya tuan rumah lebih banyak menguasai jalannya permainan,” Aris Budi melanjutkan komentarnya.
“Salah satu faktornya karena Timnas kita tidak ada pemain senior seperti Marc Klok. Tipikal pemain yang bisa menahan bola dan mengatur irama permainan. Jadi banyak hilang bola dan kita ditekan di babak kedua,” pungkasnya.
(Bola.com)